BERBAHAYA MANA ? NAIK GUNUNG atau TURUN GUNUNG
BERBAHAYA MANA ? NAIK GUNUNG atau TURUN GUNUNG
Share by ; AdventureTourismEastJava – Rewrite by : Aputra
Secara statistik diketahui bahwa, penyebab kematian para pendaki gunung bukan terpeleset di jurang, bukan tergantung di tebing, bukan dipatuk ular berbisa, bukan pula menghirup gas beracun, dll.
Penyebab kematian utama adalah Hypothermia,
Kondisi ketika suhu tubuh turun melewati ambang batas minimal yang diperbolehkan atau yang dapat ditahan oleh sistem tubuh. Ketika kelaparan dan baju basah, sehingga suhu tubuh turun akibat “tersedot/terhisap” udara dingin disekitar.
Ilustrasi: Gunung Merbabu
Pada saat gigilan otot (waktu) kedinginan berhenti, lalu diganti kantuk yang luar biasa. Dan saat tertidur, maka sang malaikat maut datang menjemput.
Skenario kronologis yang sangat umum adalah ; ketika pendaki keluar jalur, yang tadinya di punggungan, terbelok masuk ke dalam lembah. Baik itu tidak sengaja maupun akibat kehilangan kesiagaan diri, atau disengaja karena mendengar iming-iming gemericik air di tengah kehausan luar biasa yang melanda.
Tanpa makanan (normal) manusia bisa bertahan sampai dengan 3 minggu, namun tanpa air, paling lama manusia hanya bisa hidup 2-3 hari saja, akibat mengalami dehidrasi dan heat-stroke.
Dulu, pada tahun 70-an awal, sempat berkembang pemikiran, jika tersesat di gunung, masuk lembah dan temukan aliran sungai. Pada suatu saat aliran sungai akan mengalir masuk ke pedesaan, dimana bantuan pertolongan tersedia. Sepertinya ini argumentasi yang logis, namun faktanya tidak demikian. Lembah yang bersungai, cenderung tergerus sisi-sisinya, menyisakan tebing curam, yang bisa menjadi jebakan. Bisa dituruni tetapi tidak untuk dinaiki kembali, Gerusan ini secara alami kadang harus melompat, menyediakan sekian banyak air terjun yang licin dan curam.
Sungai di lembah cenderung lembab berlumut, akibatnya pakaian dengan mudah menjadi basah. Lalu suhu tubuh melorot (turun), api tak bisa menyala karena basah, ketika malam tiba, bahaya hypothermia sudah tiba di pelupuk mata. Khusus gunung berapi. Gas beracun yang lebih berat dari udara, sehingga dengan mudah mengendap di daerah lembah. Sekali terhidap anda bisa lewat (mati).
Pada saat ini, semua sepakat = seluruh pendaki gunung, naik dan turun gunung harus tetap di punggungan. Jangan pernah sekali kali masuk dalam lembah, jika tidak (tidak siap) mengalami musibah/resiko yang fatal.
Namun hal ini bisa berdampak pada seluruh kemampuan, perencanaan, persiapan dan pelaksanaan di lapangan.
Seperti contoh berikut ;
- BERJALAN DI PUNGGUNGAN
Caranya lihat kiri dan kanan. Jika sebelah kiri/kanan gelap, maka anda berjalan di lereng menju lembah. Jika kedua sisi gelap, artinya anda sudah di dalam lembah. Jika kedua sisi terang artinya anda aman dan tetap di punggungan.
Saat di lereng, bisa saja ada sejenis paku yang merambat (paku adam). Tertutup humus sehingga Nampak seperti tanah, tapi saat diinjak anda bisa terjeblos pada jurang dalam dan bawahnya.
- TETAP DI (POSISI) PUNGGUNGAN
Jika terjadi sesuatu, tetap mengambil posisi punggungan, Team SAR manapun akan memulai penyisiran dari punggungan, sebagai string-line baku. Keberadaan anda di sana, memudahkan anda untuk segera ditemukan. Selain itu, punggungan akan lebih memudahkan untuk melakukan komunikasi.
- MANAJEMEN AIR
Ingat, aliran air hanya ada di lembah dan jurang ditemukan di punggungan. Akibatnya anda harus membawa perbekalan air yang cukup. Setidaknya 1/3 dari berat rangsel anda adalah air.
Yaitu untuk minum dan masak, Kalau kebetulan menemukan genangan air segera penuhi kembali jerigen air yang anda bawa, sehingga selalu 1/3 berat rangsel adalah air. Jangan pernah tergoda dengan ringannya rangsel, akibat air berkurang.
- KELOLA AIR SECARA EFISIEN
Selama berjalan, usahakan agar tidak banyak meminum air di vedples jika tak perlu. Khawatir tak mampu menahan diri untuk meminum kebanyakan, yang bisa membuat anda justru sulit bergerak. Sebagai pengganti, cari air di lapangan. Bisa dari oyot pohon, batang pisang, kentang tanah, lumut dll.
Yang paling berbahaya adalah sebuah pemikiran ; saat puncak gunung digapai, maka tantangan terberat lewat sudah, sekarang tinggal pulang dengan santai. Biar rangsel ringan, lalu makanan dihabiskan, cadangan air minum terbuang-buang percuma.
KESIMPULAN
JAUH LEBIH BERBAHAYA TURUN GUNUNG Ketimbang naik ke puncak gunung. Jauh lebih memakan korban saat turun dari puncak gunung, ketimbang waktu naik ke puncak gunung. Jadi siagakan dirimu dengan sebaik baiknya, karena menjadi tak lucu, sehat ketika berangkat – pulang dalam kantung mayat.
Hanya karena sebuah pemikiran yang salah kaprah, be prepare and keep alert please………
Leave a Reply